Halo, aku Capy!

Di sebuah perumahan, ada dua sahabat bernama Capy dan Caty.

Setiap kali diberi uang jajan oleh orang tuanya, mereka punya kebiasaan berbeda.

Caty suka sekali membeli mainan baru atau jajanan apa pun yang menarik perhatiannya. Setiap ada barang lucu, ia langsung ingin membelinya, tanpa berpikir apakah barang itu benar-benar penting. Akibatnya, uangnya selalu cepat habis.

Sedangkan Capy lebih bijak mengatur uangnya. Ia punya sebuah buku yang disebut buku budgeting. Di buku itu, Capy menulis berapa uang yang ia dapatkan, berapa yang ia keluarkan, dan berapa yang ia sisihkan untuk tabungan. Hari demi hari, jumlah tabungannya pun semakin bertambah.

Suatu sore, Caty melihat sebuah mainan baru yang dipajang di toko dekat rumah. “Aku ingin sekali membeli mainan itu!” seru Caty, sambil membuka dompetnya yang ternyata kosong.

Capy hanya tersenyum. Ia membuka buku budgeting-nya, lalu berkata,

“Aku tidak akan membeli mainan itu, Caty. Itu hanya keinginan. Aku lebih memilih menabung untuk sesuatu yang lebih penting. Kalau ada kebutuhan, seperti buku pelajaran atau perlengkapan sekolah, uangku masih aman. Dan sisanya bisa aku pakai untuk membeli emas.”

Capy pun pergi ke toko emas bersama orang tuanya. Dengan tabungan yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit, ia membeli emas kecil sebagai bentuk investasi.

Caty terkejut. “Kenapa emas? Bukankah mainan lebih seru?” tanyanya.

Capy menjawab, “Mainan memang menyenangkan, tapi cepat rusak atau bosan. Sedangkan emas bisa bertahan lama, bahkan nilainya bisa naik di masa depan. Jadi, dengan menabung, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta berinvestasi, aku bisa mendapatkan manfaat yang lebih besar.”

Sejak hari itu, Caty belajar bahwa uang tidak harus selalu habis untuk keinginan. menabung dan berinvestasi, bisa membuat masa depan lebih terjamin.

Pernah nggak sih uang jajan kamu tiba-tiba habis lebih cepat dari biasanya?

Contohnya, dulu dengan Rp10.000 kamu bisa beli roti dan minum di kantin. Tapi sekarang, uang yang sama cuma cukup buat beli roti saja. Nah, kondisi inilah yang disebut Inflasi.

Inflasi adalah keadaan ketika harga barang-barang naik, sehingga nilai uang terasa lebih kecil. Artinya, uang yang kita pegang jadi “menyusut” kekuatannya karena harga-harga semakin mahal.

Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menabung. Misalnya, setiap hari kamu sisihkan Rp2.000 dari uang jajan. Kalau dilakukan terus-menerus, lama-lama jumlahnya akan banyak.

Selain menabung, ada cara lain yang lebih seru, yaitu investasi.

investasi artinya menggunakan uang yang disimpan agar nilainya tetap kuat atau bahkan bertambah di masa depan. Contoh investasi yang mudah dipahami adalah emas. Harga emas biasanya cenderung naik seiring waktu. Jadi, kalau kamu punya tabungan Rp500.000 lalu digunakan untuk membeli emas, nilainya bisa lebih tinggi beberapa tahun ke depan.

Dengan begitu, meskipun inflasi bisa membuat jajan kantin lebih mahal, kita tetap bisa mengatasinya dengan menabung dan berinvestasi,. Jadi, jangan habiskan semua uang jajanmu untuk belanja, coba mulai sisihkan sebagian untuk menabung dan investasi kecil-kecilan.

Suatu sore, Caty membuka ponselnya dan melihat banyak promo mainan lucu di toko online. Tanpa berpikir panjang, ia langsung checkout beberapa barang. Besoknya, paket datang, tapi ternyata sebagian barang tidak terlalu berguna. Uang jajannya habis begitu saja.

Sementara itu, Capy juga melihat promo yang sama. Tapi ia berpikir dulu, “Apakah ini kebutuhan atau hanya keinginan?” Akhirnya, Capy menahan diri. Ia menuliskan uang jajannya di buku budgeting. Dari uang yang terkumpul, Capy memilih menaruh sebagian ke tabungan darurat.

Beberapa minggu kemudian, Caty butuh uang untuk ikut study tour sekolah. Ia bingung karena uangnya sudah habis untuk belanja online. Capy tersenyum dan berkata, “Aku sudah siap! Karena aku punya tabungan darurat, jadi uangku aman.”

Caty pun belajar kalau tidak semua promo harus dibeli, dan memiliki tabungan darurat sangat penting untuk kebutuhan mendadak.

Suatu hari, Caty ingin membeli mainan baru yang harganya cukup mahal. Karena uang jajannya tidak cukup, ia meminjam uang dari temannya dengan janji akan mengembalikan minggu depan.

Minggu berikutnya, uang jajan Caty malah habis untuk jajan di kantin. Ia tidak bisa mengembalikan utangnya, dan temannya mulai menagih. Caty jadi bingung dan merasa tidak enak

Berbeda dengan Caty, Capy juga ingin mainan itu. Namun ia membuka buku budgeting dan berkata:
“Aku akan menabung dulu di bagian wishlist. Kalau sudah terkumpul, baru aku beli. Jadi aku tidak perlu berutang.”

Beberapa minggu kemudian, Capy berhasil membeli mainan dengan uangnya sendiri. Ia merasa bangga karena bisa sabar menunggu. Caty pun melihat dan belajar, kalau lebih baik menunggu daripada terjebak utang yang bikin pusing.

Suatu hari, Caty melihat ponsel baru yang sangat keren di toko.

“Capy, aku pengen banget beli ponsel ini! Katanya bisa dicicil 0%,” kata Caty penuh semangat.

Capy mengernyit. “Caty, kamu tahu nggak apa itu cicilan?”

“Ya… bayar barang sedikit-sedikit tiap bulan, kan?” jawab Caty.

“Betul. Tapi ada yang namanya bunga kredit. Kalau cicilan tidak 0%, biasanya kita harus bayar lebih dari harga barangnya karena ada bunga,” jelas Capy.

Caty mulai berpikir. “Oh… jadi bisa lebih mahal, ya?”

“Betul. Selain itu, kalau kita punya terlalu banyak utang konsumtif—utang untuk barang yang nilainya cepat turun—itu bisa bikin keuangan berantakan,” tambah Capy.

“Terus gimana caranya tahu cicilan kita sehat atau tidak?” tanya Caty.

“Ada aturan rasio utang, yaitu cicilan bulanan maksimal 30% dari penghasilan bulanan. Kalau lebih dari itu, bisa bahaya,” jelas Capy.

Caty akhirnya menunda beli ponsel itu. “Oke deh, aku tabung dulu aja. Lebih aman daripada terjebak cicilan!”

Capy tersenyum bangga. “Itu baru keputusan finansial yang bijak, Caty!”

Di suatu pagi yang cerah, Capy dan Caty pergi ke pasar minggu untuk menjual kerajinan tangan mereka.

“Caty, kita harus belajar bikin cash flow biar tahu uang masuk dan keluar,” kata Capy sambil membawa buku catatannya.

Caty mengangguk. “Ohh… jadi bukan cuma catat jualan hari ini, tapi juga biaya yang kita keluarkan buat bahan, kan?”

“Betul! Dengan cash flow, kita bisa tahu apakah usaha kita untung atau rugi,” jawab Capy.

Setelah berjualan, Caty merasa senang karena dagangan mereka laris. Tapi Capy mengingatkan, “Jangan langsung dihabiskan semua uangnya, Caty. Kita perlu buat dana darurat.”

“Dana darurat itu apa?” tanya Caty sambil mengedipkan mata penasaran.

“Itu tabungan khusus untuk hal yang tak terduga, misalnya barang dagangan rusak atau sakit mendadak. Biasanya besarnya 3-6 kali pengeluaran bulanan,” jelas Capy.

Mereka pun menghitung hasil dagangannya. Dari keuntungan, sebagian mereka sisihkan untuk modal Kerja, sebagian untuk dana darurat, dan sebagian lagi masuk ke tabungan tujuan mereka: membeli gerobak baru.

Caty senyum puas. “Ternyata mengatur uang itu nggak sesulit yang kupikir, ya. Asal tahu caranya, semua bisa lebih terarah!”

Capy mengangguk. “Betul, Caty. Inilah yang namanya perencanaan keuangan!”